dakwatuna.com
Duh kader-kader manja, maunya selalu
mendapat, tapi enggan memberi. Maunya diperhatikan, tapi tak mau
memperhatikan. Maunya dihargai, tapi tak mau menghargai.
Duh kader-kader manja, merasa paling
dibutuhkan dalam dakwah hingga tinggi hati menyerang niat nan suci. Merasa
paling berkontribusi tapi lupa diri, bahwa yang diperbuatnya tak begitu
berarti.
Duh kader-kader manja, masalah pribadi
jadi masalah lembaga. Harusnya fokus memikirkan umat, tapi sibuk mengungkit
masalah internal yang dibuat buat. Kapan kita geraknya sobat?
Duh Kader-kader manja, selalu enggan
datang rapat, kalaupun datang pasti bilangnya “afwan telat”
Duh kader-kader manja, inginnya selalu
instan. Ingin dapet jabatan. Ingin terlihat mapan. Kalau tidak
berhasil jadinya menjauh dari perkumpulan. Barisan patah hati pun jadi
bermunculan.
Duh kader-kader
manja, ingin ini ingin itu tapi tak mau bergerak. Hanya bisa
berteriak-teriak, duh sampe suaranya serak, tak banyak manfaat.
Duh kader-kader
manja, senangnya mengkritisi tapi tak memberi solusi, panjang lebar
berdiskusi tapi tak ada aksi.
Duh kader-kader manja,
ternyata usia tak selalu berbanding lurus dengan
kedewasaan. Bersikap seperti anak-anak padahal beban dakwah semakin banyak.
Umat ini sedang butuh kontribusimu, jangan kau tambah lagi masalah umat dengan
kemanjaanmu. Ingat, Komitmen kita di jalan dakwah ini akan
Allah bayar, jauh lebih mahal dari materi yang selama ini kita kejar. Jadi
jangan beralasan meninggalkannya hanya karena disibukkan dengan
permasalahan-permasalahan pribadi. Syurga itu amat mahal takkan dapat dicapai
dengan upaya seadanya saja. Buanglah sifat manja, buktikan bahwa kita
kader-kader dakwah yang siap bekerja untuk umat dan bangsa.
semoga ini menjadi bahan intropeksi diri kita untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi. SEMANGAT KAWANJ
Sumber:http://www.dakwatuna.com/2011/08/02/11900/kader-kader-manja/#ixzz2TzUYzCPP
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on
Tidak ada komentar:
Posting Komentar